22 Agustus, 2008

ARTIKEL

ASPEK KEMAMPUAN BERBAHASA DAN BERSASTRA INDONESIA DALAM KTSP
Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia
a. Hakikat Membaca
Permen Diknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah memuat standar kompetensi lulusan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP untuk aspek kemampuan membaca yaitu menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami berbagai bentuk wacana tulis, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama, novel remaja, antologi puisi, dan novel dari berbagai angkatan. Dalam bagian ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs dicantumkan pula rambu-rambu bahwa pada akhir pendidikan di SMP/MTs, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya 15 buku sastra dan nonsastra. Mengacu kepada rambu-rambu ini berarti peserta didik di SMP dalam setahun harus telah membaca sekurang-kurangnya 5 buku, baik sastra maupun nonsastra.
Membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan membaca, pembaca memroses informasi teks yang dibaca untuk memperoleh makna (Vacca, 1991:172). Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Dengan demikian, anak sejak kelas awal SD perlu memperoleh latihan membaca dengan baik khususnya membaca permulaan dan dilanjutkan di SMP dengan meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.
Para ahli telah mendefinisikan tentang membaca dan tidak ada kriteria tertentu untuk menentukan suatu definisi yang dianggap paling benar. Menurut Harris dan Sipay (1980: 8) membaca sebagai suatu kegiatan yang memberikan respon makna secara tepat terhadap lambang verbal yang tercetak atau tertulis. Pemahaman atau makna dalam membaca lahir dari interaksi antara persepsi terhadap simbol grafis dan keterampilan bahasa serta pengetahuan pembaca. Dalam interaksi ini, pembaca berusaha menciptakan kembali makna sebagaimana makna yang ingin disampaikan oleh penulis dan tulisannya. Dalam proses membaca itu pembaca mencoba mengkreasikan apa yang dimaksud oleh penulis.
Di lain pihak, Gibbon (1993:70-71) mendefinisikan membaca sebagai proses memperoleh makna dari cetakan. Kegiatan membaca bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan reseptif saja, melainkan menghendaki pembaca untuk aktif berpikir. Untuk memperoleh makna dari teks, pembaca harus menyertakan latar belakang “bidang” pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu sendiri. Tanpa hal-hal tersebut selembar teks tidak berarti apa-apa bagi pembaca.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:62), membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melaksanakan atau hanya dalam hati). Sedangkan menurut Parera dan Tasai (1995: 11), tujuan pembelajaran membaca ialah agar siswa dapat memahami isi teks tanpa harus menterjemahkan dalam bahasa ibu. Lebih jauh Budinuryanta, dkk. (1997:112) mengemukakan beberapa tujuan pembelajaran membaca, yang salah satunya adalah tujuan penalaran, yaitu menyangkut kesanggupan berpikir dan pengungkapan nilai serta sikap sosial budaya, pendeknya identitas dan kepribadian seseorang.
Sementara Akhadiat (1992:1) mengatakan bahwa membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah memandangi lambang-lambang tertulis semata-mata. Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya supaya lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya.
Membaca dapat dijelaskan mulai dari persepsi visual kata-kata dan maknanya sampai dengan persepsi pemahaman terhadap pesan-pesan tertulis, hingga pada proses berpikir, evaluasi, memutuskan, mengimajinasi, menalar, serta memecahkan masalah (Olson dan Diller, 1967). Sedangkan Da Oka (1983:17) memberi batasan membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, pengertian membaca dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : (1) Membaca sebagai persepsi visual dari kata-kata dan maknanya, (2) Membaca sebagai proses pemahaman terhadap pesan-pesan tertulis, dan (3) Membaca sebagai proses mental. Oleh karena itu, keterampilan membaca harus ditumbuhkembangkan sedini mungkin, sebab keterampilan membaca merupakan salah satu kemampuan dasar yang mempunyai sifat yang sangat strategis.
Sifat kestrategisan kemampuan membaca tersebut menurut Wagiman (1992:9) adalah sebagai berikut : Pertama, membaca adalah alat untuk belajar, untuk memperoleh informasi yang akan diorganisasi dan disimpan oleh pikiran, selanjutnya direkonstruksikan untuk penggunaan di masa mendatang. Kedua, membaca mengembangkan pengetahuan kebahasaan atau generalisasi kebahasaan. Ketiga, membaca meningkatkan pikiran. Telah dipercaya bahwa pengembangan pikiran tergantung pada bahasa. Keempat, membaca mengembangkan kreativitas. Pengetahuan yang diperoleh melalui membaca menjadi dasar untuk tindakan kreatif. Oleh karena itu, usaha-usaha memaksimalkan kemampuan membaca adalah suatu proses pencapaian makna lewat bahasa tulis yang mengikutsertakan proses mental. Keberhasilan tindak pemahaman membaca dapat diketahui melalui tes pemahaman.
Pendapat tentang kestrategisan kemampuan membaca seperti telah disebutkan di atas juga dapat kita lihat dari pendapat Klein, dkk. (dalam Farida Rahim, 2007) yang mengemukakan definisi membaca yang mencakup tiga hal, yaitu: (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif. Menurut Klein, membaca juga merupakan suatu strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca (Farida Rahim, 2007:3).

b. Membaca Pemahaman
Aspek keterampilan membaca pada jenjang sekolah menengah pertama dan sekolah menengah umum menuntut tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran membaca maka perlu dipertimbangkan alternatif pembelajaran membaca yang salah satu diantaranya adalah membaca pemahaman (Parera dan Tasai, 1995: 25-26) yang sesuai dengan penelitian ini.
Sehubungan definisi membaca pemahaman (Comprehension Reading), Mile A. Tinker dan Constance Mc Cullough (1975:9), mengutip beberapa pengertian membaca pemahaman yang diterjemahkan secara bebas dengan memperhatikan taksonomi Barrett berpendapat bahwa aspek dalam membaca pemahaman meliputi: (1) komprehensif literal, (2) pengingatan, (3) pengorganisasian, (4) komprehensif inferensial, (5) evaluasi, dan (6) apresiasi. Gray mendefinisikan komprehensif wacana tulis meliputi tiga tipe, yaitu (1) kemampuan membaca tersurat, (2) kemampuan membaca tersirat, dan (3) kemampuan untuk membaca tersorot. Kemudian pendapat terakhir ini direvisi oleh Robinson menjadi empat tipe, yaitu kemampuan (1) memecahkan kode, (2) mengambil maksud penulis, (3) menguji dan mengkombinasikan pemahaman bacaan dnegan latar belakang pengalaman, dan (4) mengaplikasikan ide-ide dan nilai.
Selanjutnya Tinker dan Mc Cullough (1975: 196—198) menyatakan bahwa mengerti dan merespon bacaan merupakan tujuan utama dalam pengajaran membaca. Mengerti dan merespon bacaan merupakan komponen dalam membaca komprehensif. Oleh karena itu, melatih siswa mengerti dan merespon bacaan merupakan salah satu latihan membaca komprehensif.
Membaca pemahaman (Comprehension Reading), menurut Guntur Tarigan (1985: 12) merupakan salah satu jenis membaca intensif (Intensive Reading). Di dalam kurikulum SMP 1976 dijelaskan bahwa membaca komprehensif disebut pula sebagai membaca di dalam hati (Soedjianto, 1981:8). Jenis membaca ini ada pun hakikatnya tidak berbeda dengan “advanced reading” (Norris, 1975:201—209). Pengertian tersebut sama pula dengan “Reading for Information” (Robert Lado, 1961:138).
Di samping itu, pengertian tersebut juga sama dengan pengertian membaca komprehensif (George Space cs. 1969:454—459). Kesamaan di atas didasarkan pada permasalahan perilaku yang dituntut pada pengertian-pengertian membaca di atas dan yang memberi tekanan pada kemampuan membaca pemahaman. Membaca adalah untuk mendapatkan informasi dengan cepat, efisien, dan pengertian yang tepat dari suatu bahan bacaan (Soedjianto dkk., 1981: 8).
Membaca komprehensif menurut William Gräy dalam bukunya Barbee, pengertiannya sama pula yang disebut “Types of Reading Based on The Reader’s General Attitude” ketika pembaca menemukan informasi yang dibutuhkan (Soedjianto dkk., 1981: 8), dan kemudian menyusun kesimpulan tentang apa yang dibacanya.
Aktivitas membaca yang hanya sekedar membaca lambang-lambang hurufnya tentu merupakan pekerjaan yang mudah. Akan tetapi, membaca buku dengan maksud agar memperoleh informasi yang bermanfaat dan melekat sebagai suatu pengetahuan atau wawasan baru dengan hasil sebesar-besarnya tentu tidak mudah. Hal ini memerlukan suatu kecakapan atau keterampilan yang harus sungguh-sungguh diusahakan dan dilatih secara terus-menerus.
Sjahrannudin (1998) dengan mengutip pendapat Maman Djumitri mengemukakan lima langkah membaca buku dengan cepat tetapi efektif dan efisien, yaitu : (1) General Orientation, (2) Alternative Choice, (3) Preparation, (4) Action, dan (5) Memorial File.
General Orientation, meliputi: mengenali penulisnya, membaca daftar isi, membaca kata pengantar dan pendahuluan, serta melihat tahun penerbitan, validasi data informasi, aktualita, fenomena, relevansi. Alternative choice, yaitu membandingkan hasil observasi di atas dengan tingkat kebutuhan/kepentingan siswa saat itu. Preparation, yaitu hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk membaca bahan yang serius, seperti : Physis/biologis, Psychis, Environment , dan Timing.
Action, yaitu mengikuti teknik-teknik membaca yang baik dan benar, antara lain : (1) Siapkan alat tulis, jam dan keperluan lainnya pada posisi yang mudah dijangkau. (2) Letakkan buku di atas meja : lampu di sebelah kiri buku (karena anda membaca tulisan dari kiri ke kanan) gunakan cahaya 25-60 watt dan jangan menggunakan neon (cahaya diffuse), (3) Duduklah tegak di atas kursi dengan ketinggian optimum (posisi buku sejajar dengan diafragma antara rongga dada dan perut), (4.) Kepala diusahakan tegak lurus-jarak pandang antara mata dengan tulisan ± 30 cm, (5) Mata bergerak dari kiri ke kanan sesuai dengan urutan huruf/kalimat yang sedang dibaca (jadi bukan kepala yang bergerak), (6) Sesekali berdiri menghirup udara yang segar dan memberikan kesempatan mata untuk melihat yang jauh dan hijau/segar, (7) Sebelum buku ditutup, jangan lupa selipkan batas membaca kemudian simpanlah pada tempat semula.
Memorial File, yaitu keefektifan dan keefisienan kegiatan membaca dengan cara membaca sebentar tapi sering dan kontinyu, daripada lama tetapi hanya satu kali, sehingga akan meningkatkan daya ingat/memori. Kebiasaan sering membaca ini dapat ditingkatkan frekwensinya, misalnya dari dua kali sehari menjadi tiga kali sehari dan seterusnya.
Hasil akhir yang diinginkan dari kegiatan membaca pemahaman tentu saja adalah memahami materi bacaan tersebut. Siswa merasa bahwa sebenarnya mereka hanya mengingat sedikit saja materi bacaan yang dibacanya walaupun mereka tidak begitu yakin tentang pemahaman mereka tentang isi bacaan yang mereka baca. Untuk itu, Bobby DePorter & Mike Hernacki (2003: 265) memberikan kiat-kiat untuk memahami bacaan sebagai berikut: (1) Jadilah pembaca yang aktif, (2) Baca gagasannnya, bukan kata-katanya, (3) Libatkan seluruh indra, (4) Ciptakan minat, dan (5) Buat peta pikiran bahan bacaan tersebut.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan membaca. McLaughlin & Allen (dalam Farida Rahim, 2007) mengemukakan prinsip-prinsip membaca yang didasarkan pada penelitian yang paling memengaruhi pemahaman membaca, yaitu sebagai berikut:
(1) Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.
(2) Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang mebantu perkembangan pemahaman.
(3) Guru membaca yang profesional (unggul) memengaruhi belajar siswa.
(4) Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.
(5) Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.
(6) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas.
(7) Perkembangan kosakata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman membaca.
(8) Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.
(9) Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.
(10) Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.
Berdasarkan pendapat para ahli dan tuntutan Permen Diknas Nomor 23 Tahun 2006 di atas, maka pembelajaran membaca pemahaman (komprehensif) di tingkat sekolah dasar dan menengah, khususnya di SMP harus terus dilatihkan kepada siswa. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP/MTs telah dicantumkan rambu-rambu standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa untuk setiap aspek kemampuan berbahasa pada setiap jenjang/tingkat kelas (kelas VII—IX). Standar kompetensi pada aspek kemampuan membaca di SMP kelas VIII dikelompokkkan ke dalam dua aspek, yaitu : aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra. Untuk kemampuan berbahasa yaitu (1) Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai, membaca cepat, dan (2) Memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca nyaring. Sedangkan untuk kemampuan bersastra yaitu (1) Memahami teks drama dan novel remaja, dan (2) Memahami buku novel remaja (asli atau terjemahan) dan antologi puisi.

20 Agustus, 2008

Intermezzo

Humor Bahasa Sunda vs Bahasa "Cina"

A Lung Keun ( dibalangkeun )Am ( dahar )An Jing ( gogog )Ba Chang ( leupeut eusi daging )Babah ( bapa )Ba Tok ( bagian anu paling teuas dina kalapa ) Bo Tak ( teu gagaduhanrambut ) Bo Lo Ho ( bodo ) Ba Le Dog ( ah ieu mah basa inggris meureun?) Cha Bok ( gaplox ) Cha Lang Ngap ( tong dibuka bau....? ) Cha Pe Tank( budak leutik karak bisa ngomong ).Cha Ran Cang Ti Hang ( wanci sore )Cha Meuh ( biwir gemesin )Chai Baw ( anu aya di solokan )Chak Chak ( dulurna toke )Chan A Ya ( inden , antry )Chan Man Die ( bau dahdir )Chang Ka Leng ( caruluk )Chang Kang Chaw ( parab embe )Chang Ke Nyer ( loba teuing gawe peuting ) Chang Kok Khan ( bibit mangga) Chang Ku Du ( buah bau pisan ) Chang Ku Ri Leung ( manuk ) Chap Cay (kadaharan tina sayur-sayuran ) Chap Ja He ( koret, medit ) Chi Bha DuYut ( pabrik sapatu ).Chi Ham Phelas ( tempat jin meuli calana ).Chi Ka Dut ( kuburan cina ).Chi Ki Zing ( ngaran desa / kota ) Chi LeuPeung ( belegug ) Chi Leuh ( tai panon, belek ) Chi Leun Cang ( cairkotor, disisi jalan ari tos hujan ageung ).Chi Lok ( kadaharan budak : aci dicolok ) Chi Reng ( kadaharan budak :aci digoreng ) Chi U ( leupeut tina aci jeung cau ) Ching Chang Chang (embe kabur ) Ching Chang Ke Ling ( lagu ) Ching Chung ( guru nanya ) ChoBian ( mangga raosan ).Cho Kor Baw ( canteungan )Cho Le Nak ( katuangan, peuyeum dibubuy sareng gula kinca ).Chu Ra Ling ( sipat licik )Chu Ru Luk ( buah kawung )Tho Lo Heor ( Ngareuleuss )Enci ( ibu, indung )Encim ( parawan cina )Heu Ay ( tunduh )Hok Cay ( molohok bari ngacay )Hu I ( akar nu bisa di dahar )O Lo Le Ho ( leutik keneh geus kawin; keur gering salesma ) Ong Kek ( utah ) On ToHod ( pikakeuheuleun ) On Tha ( binatang di Arab ) Kyu Kyu ( judi ) LhaHang ( cai aren ) Liang Cheuli Baw ( panyakit THT ) Le Nang ( leuwihnaker tibatan bo tak ) Ma Ling Ping ( ngaran desa / kota ) Ma Ung (dulurna ucing ) Nga Cay ( ngelay: banjir tina baham ) Nyi Chian Pochi (pagewean babu ) Pa Hang ( rasana aneh ) Pe Chak ( panonna peureumsabelah ) Pek Tay ( ... ) teuing naon ieu mah, can ka alaman ku sayahPeu Chang ( leupeut eusi kacang; sato nu sukuna opat ) Pha Ming Pin (dunungan ) Ping Ping ( luhureun tuur, handapeun eta tea... ) Siang SiangMaling Seng ( euweuh gawe, beurang?maling) Sing Sing Keun ( arek gelut /wcw ) Taw Cho ( oleh-oleh ti lembur kuring ieu mah ) Tham Pi Ling (gaplock ) Tham Po Long ( wadah reuhak ) Tho Lom Bong ( wadah oge ) ToOng ( ningali tina liang leutik ) Toke Chang ( lagu oge ) Tong Li La (enggalkeun ) Tong To Lang ( nangka - kawinan bapak - teu beja?- poesalasa... ) Tu Ang ( ngalebok ) Tung Tung Seng ( seukeut pisan ) U Ching( dulurna maung ) Yap La Hun ( budak ceurik )